Sejarah Pelatih Timnas Indonesia Zaman Dulu.
Sejak pertama kali bermain melawan timnas Indonesia di Piala Dunia 1938 atas nama Hindia Belanda, sudah ada 40 pelatih yang pernah menangani tim yang kini berjuluk Garuda itu. Namun, dalam 82 tahun kiprah Tim Garuda, masih sedikit prestasi yang bisa diperoleh
Hanya Bertje Matulapelwa dan Anatoli Polosin yang mampu membawa Timnas Indonesia meraih prestasi tertinggi sejauh ini. Bertje memimpin Tim Garuda meraih medali emas di SEA Games 1987 di Jakarta, sementara Anatoli Polosin memimpin timnas Indonesia meraih medali yang sama di ajang yang sama empat tahun kemudian di Filipina.
Siapa Saja Yang Termasuk Sejarah Pelatih Timnas Indonesia?
-
Johannes Christoffel van Mastenbroek (Belanda/1938)
Johannes Christoffel van Mastenbroek bisa dibilang orang pertama yang memahami asal-usul timnas Indonesia. Ia sebenarnya bukan melatih timnas bentukan PSSI, melainkan tim NIVU (Nederlandsche Indische Voetbal Unie) milik Belanda yang saat itu sedang menjajah negara. Tim NIVU dan PSSI sedang mempersiapkan tim untuk Piala Dunia 1938. Akibatnya, keduanya bentrok untuk menentukan siapa yang berhak hengkang. Namun, di tengah perjalanan NIVU melanggar kesepakatan dan mengirimkan tim sendiri. Tim diberangkatkan dengan kapal MS Johan van Oldenbarnevelt dari Tanjung Priok, 18 Maret 1938.
-
Choo Seng Quee (Singapura/1951-1953)
Paman Choo, nama khusus Choo Seng Quee, dikatakan sebagai Garuda pertama jika tolak ukurnya adalah kemerdekaan Indonesia. Choo menggunakan metode pelatihan yang sangat ketat dan disiplin. Alhasil, Indonesia berhasil mencetak 46 gol dan kebobolan sembilan gol dalam sembilan laga uji coba pada 1953. Satu-satunya kekalahan adalah saat Korsel ditekuk 1-3. Choo hanya bisa membawa Indonesia ke perempat final Asian Games 1951
-
Antun “Tony” Pogacnik (Yugoslavia/1954-1964 & 1977)
Pelatih asing yang sangat mencintai Indonesia. “Tentu saja saya mencintai negara tempat Yugoslavia lahir. Namun, saya juga mencintai Indonesia. Saya ingin menjadi warga negara ini dan dimakamkan di sini,” katanya seperti yang ditulis BOLAVAGANZA. Empat tahun setelah mengatakan itu, pelatih yang akrab disapa Tony Pogacnik itu meninggal dunia di Indonesia. Dia sudah menjadi warga negara Indonesia sebelum kematiannya.
Mantan pemain timnas Yugoslavia 1937-1941 itu dikontrak PSSI sejak 1954 dan diperpanjang lima tahun lagi pada 1959. Selama 10 tahun ia membawa banyak catatan positif bagi timnas Indonesia. Indonesia berada di posisi keempat di Asian Games Manila 1954, menahan Uni Soviet imbang 0-0 di Olimpiade 1956, dan medali perunggu di Asian Games 1958 di Tokyo. Sesampainya di Tokyo, Tony ditantang untuk membawa Indonesia ke Piala Dunia 1958. Meski akhirnya lolos ke babak kualifikasi kedua, Indonesia menentangnya karena alasan politik, yakni penolakan Israel.
-
Endang Witarsa (1966-1970, 1981)
Meski berprofesi sebagai dokter gigi, Endang Witarsa (Liem Soen Joe) memilih mengabdi di dunia sepakbola. Bersama timnas Indonesia, beberapa pertandingan internasional telah dilaluinya. Seperti dilansir BOLA edisi April 2008, pelatih yang akrab disapa Opa Endang ini telah memenangkan Piala Raja (Bangkok/1968), Pertandingan Merdeka (Malaysia/1969), Piala Aga Khan (Banglades/1969), dan Piala Aga Khan (Banglades/1969). . Piala HUT (Jakarta/1972). . Opa juga merupakan salah satu tokoh sepak bola paling legendaris. Ia menerima penghargaan Lifetime Achievement dari Tabloid BOLA pada tahun 2004.
-
EA Mangindaan (1970-1971)
Erents Albert Mangindaan mulai menanjak saat menjadi asisten Antun “Tony” Pogacnik. Ia menjadikan pemain PSM seperti Ramang, Suwardi Arland, dan Nursalam sebagai trio penyerang paling fenomenal saat itu. Di bawah arahannya, Indonesia menduduki peringkat ketiga Piala Saigon 1970. Tempat ketiga dalam ajang internasional Saigon Cup 1970 adalah peringkat kelima di Asian Games 1970. Berita bola